Web : Tante: HUBUNGAN ANTAR PENGETAHUAN GIZI REMAJA PUTRI DAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SLTP NEGRI II SEWON BANTUL,YOGYAKARTA - URL : http://bing-ung.blogspot.com/2011/08/hubungan-antar-pengetahuan-gizi-remaja.html
perpustakaan
.

HUBUNGAN ANTAR PENGETAHUAN GIZI REMAJA PUTRI DAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SLTP NEGRI II SEWON BANTUL,YOGYAKARTA

PENDAHULUAN

Latar belakang
Undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992 yang memuat tujuan pembangunan kesehatan Bangsa Indonesia merupakan upaya unuk meningkatkan kesehatan secara produktif melalui paradikma sehat dengan harapan dalam jangka waktu panjang dapat mendorong masyarakat untuk bersifat mandiri menjaga kesehatanya (Depkes RI, 2003).
Pada saat ini masalah Gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat tentang nilai gizi makanan, sehingga berpengaruh pada daya beli dan prilaku masyarakat yang dapat menurunkan status gizi (Irianto, 2007) menurunkan status gizi dilihat dari timbulnya berbagai kasus gizi buruk dan busung lapar sehingga harus ditanggulangi secara benar, tepat serta cepat melalui tindakan kuratif, dan rehabilitatif agar tidak terjadi korban jiwa.
Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada remaja putri, perubahan itu ditandai mulainya menstruasi. Dari tinjaun sudut ilmu masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan, perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya, ketidak seimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik itu gizi lebih ataupun gizi kurang. (Permaisih, 2003).
Status gizi baik diusia remaja sangat diperlukan terutama remaja putri agar dimasa kehamilannya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat, tetapi hal itu seringkali diabaikan guna menjaga penampilannya dan bentuk tubuh pengetahuan tentang bagaimana cara menghitung kebutuhan energi dan protein sangat diperlukan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan asupan. Kebutuhan energi dan protein bagi remaja putri usia 12-18 tahun berkisar antara 2200-2500 kkal dan protein sekitar 44.55-47.8 gram (Arisman, 2004).
Nutrisi pada remaja tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan makan. Kebiasaan makan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh perhatian akan penampilan tubuhnya. Usaha remaja putri menjadi langsing dilakukan melalui makan makanan yang tidak cukup bergizi. Makanan dipilih umumnya tidak banyak mengandung energi. Selain itu umumnya remaja putri malas makan, terutama makan pagi, dengan alasan agar badan tetap langsing. Kebiasan makan yang kurang benar dapat mempengaruhi masukan makanan dan akhirnya status gizi juga ikut terpengaruh. (Muniroh, 2002)
Adanya perubahan-perubahan yang menyebabkan kebutuhan zat gizi pada kelompok usia remaja bertambah, kebutuhan gizi remaja merupakan kebutuhan gizi tinggi dalam kehidupan seseorang. Kebutuhan gizi yang tinggi merupakan efek kombinasi dari pertumbuhan yang cepat dan tingkat aktifitas remaja yang umumnya tinggi. Oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan zat gizi pada usia remaja perlu diperhatikan agar tidak terjadi penyakit akibat kekurangan gizi (Muniroh, 2002).
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani, banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalami banyak masalah gizi tersebut antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemia berkisar antara 40%-80% sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%-40%.(Permaisih, 2003).
Berdasarkan penelitaian di Jombang Jawa Barat data susenas 1999, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada remaja di Indonesia umumnya dipedesaan Prevalensi gizi buruknya sebesar 12,86% dan gizi kurang sebesar 31,22% (Muniroh, 2002). Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2003 yang melibatkan 4.747 siswa /siswi SLTP kota Yogyakartadan 4.602 siswa/siswi SLTP Kabupaten Bantul ditemukan bahwa 7,8% remaja dikota Yogyakarta dan 2% remaja kabupaten bantul mengalami obesitas.
Sekolah lanjutan tingkat pertama negri II Sewon Bantul merupakan sekolah lanjutan, menurut survey yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2008 dan dilakukan studi pendahuluan pada 15 siswi di SLTP N 2 Sewon Bantul di dapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang gizi ramaja masi kurang. Karena dari 15 siswi hanya 3 siswi yang bisa menjawab pertanyaan peneliti dan dari hasil pengukuran Antopometri dari 15 siswi didapat 3% dari 15 siswi mengalami gizi kurang.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai. ”Hubungan antara pengetahuan tentang gizi remaja putri dan status gizi remaja putri di SLTP Negri 2 Sewon Bantul, Yogyakarta”.?


Untuk Selengkapnya Silahkan Download secara GRATIS, klick dibawah :




0 komentar:

Posting Komentar

 

EKONOMI - HUKUM - KESEHATAN - KEHUTANAN - KOMUNIKASI - PERTANIAN - PSIKOLOGI - TEKNIK - SOSIAL