Web : Tante: HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS POSITIF MALARIA DI PUSKESMAS KARANGMONCOL, KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA - URL : http://bing-ung.blogspot.com/2011/08/hubungan-antara-gejala-klinis-malaria.html
perpustakaan
.

HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS POSITIF MALARIA DI PUSKESMAS KARANGMONCOL, KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyakarat utama di seluruh dunia. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Malaria juga bertanggung jawab secara ekonomis terhadap kehilangan 12% pendapatan nasional dari negara-negara yang memiliki permasalahan malaria.
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana hampir seluruh wilayahnya daerah endemis malaria. Malaria dapat menimbulkan beban sakit dan kematian serta mengakibatkan dampak sosial-ekonomi, khususnya bagi penduduk miskin di daerah endemis malaria (Depkes, 2003). Survai kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun. United Nation Development Program (UNDP, 2004) juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar $ 56,6 juta per tahun. Persentase penderita malaria pada tahun 2005 untuk Nasional sebesar 13,4%, sedangkan di Provinsi Jawa tengah sebeasr 1,12% dan di Kabupaten Purbalingga sebesar 0,13% (Bappenas, 2006).
Penduduk yang terancam malaria pada umumnya adalah penduduk bertempat tinggal di daerah endemis malaria baik daerah yang kategori daerah endemis malaria tinggi dan daerah endemis malaria sedang diperkirakan ada sekitar 15 juta (Depkes RI, 2001).
Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah diagnostik klinis malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat masalah yang semakin sulit terpecahkan. Sementara disisi lain terdapat keterbatasan kemampuan kurang terlatihnya tenaga pemeriksa (peteknik laboratorium) yang dapat membaca preparat dengan benar menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) dalam pemeriksaan laboratoris malaria (Moody, 2002; Kakkilaya, 2003; CDC, 2004). Hal ini menimbulkan kesulitan penangananan penyakit malaria secara cepat dan tepat. Adanya kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk diagnosis dini malaria.
Kabupaten Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang termasuk dalam kategori daerah endemis malaria. Kendala yang dihadapi dalam pengobatan malaria di Kabupaten Purbalingga, diawali dengan kesulitan mendapatkan diagnosis dini, keterlambatan mendapat pengobatan bagi penderita dikarenakan beberapa wilayah kecamatan dan desa di Kabupaten Purbalingga merupakan wilayah terisolir, tidak tepatnya regimen dan dosis, resistensi terhadap obat anti malaria dan belum adanya obat anti malaria yang ideal. Kecamatan Karangmoncol merupakan bagian dari daerah endemis malaria di Kabupaten Purbalingga (Dinkes Purbalingga, 2008).


Untuk Selengkapnya Silahkan Download secara GRATIS, klick dibawah :




0 komentar:

Posting Komentar

 

EKONOMI - HUKUM - KESEHATAN - KEHUTANAN - KOMUNIKASI - PERTANIAN - PSIKOLOGI - TEKNIK - SOSIAL